Rabu, 13 September 2017

HEALTHY LIFE


MAKAN NASI, BANYAK ATAU SEDIKIT SAJA?

Keyakinan masyarakat yang menganggap bahwa belum kenyang kalau belum makan nasi tidak sepenuhnya salah. Yang salah adalah ketika porsi nasi yang dikonsumsi sangat banyak, padahal asupan karbohidrat dari sumber lain yang sudah dikonsumsi perhari juga sudah melampaui batas. 

Dalam pemikirannya makanan selain nasi dianggap camilan semata. Padahal pemikiran seperti itu tidak bisa dibenarkan dari segi kesehatan. Berarti si pelaku sudah salah paham soal jumlah asupan karbohidrat yang harusnya dikonsumsi. 

Kesalahpahaman soal karbohidrat ini yang perlu diluruskan. Soalnya, terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat berakibat buruk pada tubuh. Dampak paling kelihatan adalah kegemukan. Risiko lainnya adalah diabetes tipe 2 dan sakit jantung. 

Kecanduan karbohidrat
Ketergantungan kita terhadap karbohidrat khususnya nasi memang besar. Buktinya makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia adalah nasi. Padahal ada saja sumber karbohidrat yang lain seperti sayuran, buah, kentang dan umbi-umbian.

Kepopuleran beras sebagai bahan makanan pokok ini memang didukung oleh kepraktisannya. Selain itu negeri ini juga penghasil beras, lihat saja tanaman pada tumbuh subur di Tanah Air. Sehingga beras lebih mudah didapat.

Karbohidrat terbaik bukan dari nasi
Menurut Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum dari Dr Tan Wellbeing Clinics Tangerang, kebanyakan nasi yang dinikmati bangsa kita adalah beras rafinasi. Yaitu beras yang sudah mengalami proses pengolahan berulang kali di pabrik. Sehingga umumnya beras itu digiling sehingga tidak ada lagi kulit arinya.

Apa faktanya nasi putih bikin risiko diabetes tipe 2 meningkat dan rekomendasi menu enam hari tanpa nasi putih. Jika kalian tertarik dengan artikel ini dapatkan segera majalah Intisari di agen-agen terdekat, toko buku Gramedia dan kios majalah. 😁😁

Tidak ada komentar:

Posting Komentar